Candi Penataran Obyek Wisata
Candi Penataran terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok,
Kabupaten Blitar berada kurang lebih 12 km arah utara kota Blitar.
Tepatnya di lereng barat daya Gunung Kelud, pada ketinggian 450 meter di
atas permukaan air laut.
Sebuah literasi menyebut, pemilihan lokasi pembangunan Candi
Penataran, bisa jadi sangat terkait dengan ancaman yang muncul dari
Gunung Kelud. Eksistensi Penataran, digunakan sebagai penolak bahaya
yang datang dari ledakan gunung. Catatan ini diperkuat dengan data lain
yang mengatakan bahwa Raja Majapahit, Hayam Wuruk, konon juga sering
melakukan pemujaan khusus untuk menghormati Girindra, Raja Gunung.
Dilihat dari bentuk dan susunan fisiknya, Candi Penataran lebih pas
disebut sebagai gugusan candi atau kompleks percandian. Karena di area
ini kita bisa menemui sejumlah candi. Nama candi Penataran sendiri lahir
dari kebiasaan, karena candi ini ada di Desa Penataran. Tapi saat
melihat prasasti yang ada di sisi selatan, kita akan disuguhi data yang
menyebut, pada suatu saat ada persmian pembangunan sebuah perdikan
untuk kepentingan Sira Paduka Batara Palah. Saat para peneliti melihat
catatan yang ditulis dalam huruf jawa kuno itu, mereka berpendapat, yang
dimaksud Palah tidak lain adalah Penataran. Jika benar Candi Palah
adalah Penataran, maka sesuai data tahun yang menandai prasasti,
Penataran sudah berdiri pada tahun 1119 Saka atau 1197 Masehi. Prasasti
ini dikeluarkan oleh Raja Srengga dari Kerajaan Kediri.
Uniknya, di arca kembar penjaga pintu atau yang biasa disebut
Dwaraphala, terdapat ukiran atau pahatan angka dalam huruf Jawa Kuno.
Terdapat angka 1242 Saka atau 1320 Masehi. Pahatan di patung penjaga
kompleks percandian yang oleh masyarakat setempat disebut Mbah Bodho
ini, melahirkan spekulasi baru. Bahwa di tahun 1320 Masehi, bangunan
suci Pala baru diresmikan menjadi kuil negara pada jaman Prabu
Jayanegara, Raja Majapahit yang memerintah pada tahun 1309 – 1328
Masehi.
Spekulasi lain diluncurkan Bernet Kempers (1959), arkeolog asal
Belanda. Ia meyakini, usia pembangunan kompleks Percandian Penataran
memakan waktu sekurang-kurangnya 250 tahun yaitu dihitung berdasarkan
data tahun pembangunan di masa kerajaan Kediri, 1197 Masehi hingga 1454,
masa kerajaan Majapahit. Mungkin ini yang jadi alasan, mengapa bangunan
dengan gaya Majapahit lebih dominan di Penataran.
Kompleks Candi ini ditemukan Sir Thomas Stamfort Raffles
(1781-1826), Letnan Gubernur Jendral Kolonial Inggris yang berkuasa di
Nusantara pada tahun 1815. Saat itu, ia bersama Dr. Hosfield, pakar Ilmu
Alam, sedang menjelajah di Lereng Kelud. Hasil temuannya ini kemudian
dibukukan dalam History of Java.
Catatan yang menyebutkan, bersamaan dengan masuknya Agama Islam dan
runtuhnya Kerajaan Majapahit, banyak bangunan suci Hindu dan Budha
ditinggal begitu saja. Akibatnya banyak bangunan yang tidak terawat dan
tenggelam begitu saja. Ironisnya, ketika terjadi bencana alam seperti
tanah longsor dan banjir lahar gunung api, bangunan-bangunan itu
dibiarkan rusak. Seiring waktu, banyak candi yang tertutup tanah, semak
belukar, bahkan ada yang rusak gara-gara bebatuannya dicuri untuk
membangun rumah. Ada juga batu-batu yang ditumbuk menjadi semen merah
atau alas rumah penduduk. Tak luput dari ancaman, arca dan batu hias
candi banyak yang diambil begitu saja oleh sinder-sinder perkebunan.
Tapi beruntung, kompleks candi yang terhampar di area tanah seluar
12.946 meter persegi ini terbilang cukup utuh. Banyak unsur candi dan
hiasannya terjaga dari jarahan manusia. Sehingga jika kita datang ke
Penataran, kita masih bisa menikmati bangunan dan artefak yang menawan.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan post komentar kawan-kawan Yang Belum punya ID
Gunakan Pilihan ( Anonymous ) untuk pilihan komentar sebagai ????? Okey