Minggu, 05 Desember 2010

Asal Usul Candi Penataran

Candi Penataran Obyek Wisata


Candi Penataran terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar berada kurang lebih 12 km arah utara kota Blitar. Tepatnya di lereng barat daya Gunung Kelud, pada ketinggian 450 meter di atas permukaan air laut.

Sebuah literasi menyebut, pemilihan lokasi pembangunan Candi Penataran, bisa jadi sangat terkait dengan ancaman yang muncul dari Gunung Kelud. Eksistensi Penataran, digunakan sebagai penolak bahaya yang datang dari ledakan gunung. Catatan ini diperkuat dengan data lain yang mengatakan bahwa Raja Majapahit, Hayam Wuruk, konon juga sering melakukan pemujaan khusus untuk menghormati Girindra, Raja Gunung.
Dilihat dari bentuk dan susunan fisiknya, Candi Penataran lebih pas disebut sebagai gugusan candi atau kompleks percandian. Karena di area ini kita bisa menemui sejumlah candi. Nama candi Penataran sendiri lahir dari kebiasaan, karena candi ini ada di Desa Penataran. Tapi saat melihat prasasti yang ada di sisi selatan, kita akan disuguhi data yang menyebut, pada suatu saat ada persmian pembangunan sebuah perdikan untuk kepentingan Sira Paduka Batara Palah. Saat para peneliti melihat catatan yang ditulis dalam huruf jawa kuno itu, mereka berpendapat, yang dimaksud Palah tidak lain adalah Penataran. Jika benar Candi Palah adalah Penataran, maka sesuai data tahun yang menandai prasasti, Penataran sudah berdiri pada tahun 1119 Saka atau 1197 Masehi. Prasasti ini dikeluarkan oleh Raja Srengga dari Kerajaan Kediri.
Uniknya, di arca kembar penjaga pintu atau yang biasa disebut Dwaraphala, terdapat ukiran atau pahatan angka dalam huruf Jawa Kuno. Terdapat angka 1242 Saka atau 1320 Masehi. Pahatan di patung penjaga kompleks percandian yang oleh masyarakat setempat disebut Mbah Bodho ini, melahirkan spekulasi baru. Bahwa di tahun 1320 Masehi, bangunan suci Pala baru diresmikan menjadi kuil negara pada jaman Prabu Jayanegara, Raja Majapahit yang memerintah pada tahun 1309 – 1328 Masehi.
Spekulasi lain diluncurkan Bernet Kempers (1959), arkeolog asal Belanda. Ia meyakini, usia pembangunan kompleks Percandian Penataran memakan waktu sekurang-kurangnya 250 tahun yaitu dihitung berdasarkan data tahun pembangunan di masa kerajaan Kediri, 1197 Masehi hingga 1454, masa kerajaan Majapahit. Mungkin ini yang jadi alasan, mengapa bangunan dengan gaya Majapahit lebih dominan di Penataran.
Kompleks Candi ini ditemukan Sir Thomas Stamfort Raffles (1781-1826), Letnan Gubernur Jendral Kolonial Inggris yang berkuasa di Nusantara pada tahun 1815. Saat itu, ia bersama Dr. Hosfield, pakar Ilmu Alam, sedang menjelajah di Lereng Kelud. Hasil temuannya ini kemudian dibukukan dalam History of Java.
Catatan yang menyebutkan, bersamaan dengan masuknya Agama Islam dan runtuhnya Kerajaan Majapahit, banyak bangunan suci Hindu dan Budha ditinggal begitu saja. Akibatnya banyak bangunan yang tidak terawat dan tenggelam begitu saja. Ironisnya, ketika terjadi bencana alam seperti tanah longsor dan banjir lahar gunung api, bangunan-bangunan itu dibiarkan rusak. Seiring waktu, banyak candi yang tertutup tanah, semak belukar, bahkan ada yang rusak gara-gara bebatuannya dicuri untuk membangun rumah. Ada juga batu-batu yang ditumbuk menjadi semen merah atau alas rumah penduduk. Tak luput dari ancaman, arca dan batu hias candi banyak yang diambil begitu saja oleh sinder-sinder perkebunan.
Tapi beruntung, kompleks candi yang terhampar di area tanah seluar 12.946 meter persegi ini terbilang cukup utuh. Banyak unsur candi dan hiasannya terjaga dari jarahan manusia. Sehingga jika kita datang ke Penataran, kita masih bisa menikmati bangunan dan artefak yang menawan.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan post komentar kawan-kawan Yang Belum punya ID
Gunakan Pilihan ( Anonymous ) untuk pilihan komentar sebagai ????? Okey